Sastrawan, Sosiolog dan Cendikiawan Asal Flores Timur, Ignas Kleden Meninggal Dunia, Ini Profilnya

- 22 Januari 2024, 15:52 WIB
Dr. Ignas Kleden, sosiolog, sastrawan, dan cedekiawan asal Flores Timur, NTT.
Dr. Ignas Kleden, sosiolog, sastrawan, dan cedekiawan asal Flores Timur, NTT. /WAG ALMASEH FLOTIM

BAJOTODAY- Cendekiawan asal Flores Timur Ignas Kleden tutup usia pada (22/1/2024) pagi di Rumah Sakit Dr Suyoto, Jakarta Selatan. Ignas Kleden meninggal dunia di usia 75 tahun.

"Telah berpulang dalam damai, Bapak Ignas Kleden pada Senin, 22 Januari pukul 03.46 WIB di RS Suyoto, Jakarta Selatan," tulis informasi yang diterima Bajotoday, (22/1/2024).

Sastrawan dan Sosiolog itu mengembuskan napas terakhir di usia 75 tahun. Kepergian Ignas pun menimbulkan duka mendalam bagi dunia sastra Tanah Air.

Profil Ignas Klenden

Ignas Kleden dikenal sebagai seorang sastrawan, sosiolog, cendekiawan, dan kritikus sastra.  Ignas lahir pada 19 Mei 1948 di Waibalun, Larantuka, Kabupaten Flores Timur.

Dikutip dari ensiklopedia dunia, Ignas Kleden sempat bersekolah di sekolah calon pastor berkat lulus dengan predikat terbaik di sekolah dasar. Tapi, ia keluar dari sekolah tersebut karena tidak dapat berkhotbah dengan baik.

Lalu, ia menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi/STFT Ledalero, Maumere , Flores (1972), meraih gelar Master of Art bidang filsafat dari Hochschule fuer Philosophie, Muenchen, Jerman (1982), dan meraih gelar Doktor bidang Sosiologi dari Universitas Bielefeld, Jerman (1995).

Baca Juga: Sastrawan dan Sosiolog Ignas Kleden Berpulang, Anissa Wahid Sampaikan Ini

Ignas juga pernah bekerja sebagai penerjemah buku-buku teologi di Penerbit Nusa Indah, Ende, Flores. Ia sempat pula bekerja sebagai editor pada yayasan Obor Jakarta (1976-1977), Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta (1977-1978), dan Society For Political and Economic Studies, Jakarta.Tahun 2000 ia turut mendirikan Go East yang kini menjadi Pusat Pengkajian Indonesia Timur.

Ketika masih di tinggal Flores, ia sudah mengenal majalah Basis Yogyakarta dan rutin mengirimkan tulisannya ke majalah itu. Dia juga menulis artikel di majalah Budaya Jaya Jakarta, dan menulis artikel semipolemik untuk majalah Tempo.

Setelah hijrah ke Ibu Kota, tahun 1974, Ia makin aktif menulis, baik di majalah maupun jurnal, dan menjadi kolumnis tetap majalah Tempo. Esainya mengenai sastra dimuat di majalah Basis, Horison, Budaya Jaya, Kalam, harian Kompas, dan lain-lain.

Halaman:

Editor: Marianus Marselus


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x